Cerita Rakyat, Legenda, dan Mitos


Cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dan berkembang dari masyarakat pada masa lampau dan menjadi ciri khas tiap-tiap bangsa yang mempunyai budaya yang beraneka ragam melingkupi kekayaan budaya serta sejarah yang dimiliki oleh tiap bangsa. Umumnya, cerita rakyat mengisahkan sebuah peristiwa di suatu tempat atau asal muasal sebuah tempat. Tokoh yang dimunculkan biasanya diwujudkan ke dalam bentuk binatang, manusia biasa, atau bahkan dewa-dewi tergantung dari budaya suatu bangsa. Berdasarkan pengertian cerita rakyat yang sudah dibahas sebelumnya, maka kita bisa menyimpulkan secara sederhana ciri-ciri dari cerita rakyat, yakni sebagai berikut:

1.      Disampaikan secara turun-temurun,
2.      Tak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali membuatnya,
3.      Kaya akan nilai-nilai luhur,
4.      Bersifat tradisional,
5.      Mempunyai banyak versi dan variasi,
6.      Memiliki bentuk-bentuk yang klise baik dalam susunan atau dalam cara pengungkapkannya,
7.      Bersifat anonim, maksudnya tak ada nama pengarangnya,
8.      Cerita rakyat disampaikan secara lisan.
9.      Tersebar dan berkembang dari mulut ke mulut.

Contoh cerita rakyat :

Putri Junjung Buih


Dikisahkan, kerajaan Amuntai di pulau Kalimantan dipimpin oleh dua bersaudara, yaitu Patmaraga atau Raja Tua, sedangkan adiknya bernama Sukmaraga atau Raja Muda. Mereka mampu membagi tugas kerajaan dengan baik, sehingga perselisihan dapat dihindarkan. Namun, kedua raja bersaudara itu belum juga dikaruniai anak.

Bermacam cara dilakukan agar secepatnya diberikan keturunan. Akan tetapi, hasrat Sukmaraga untuk memperoleh anak rupanya lebih besar dibandingkan kakaknya. Ia terus memohon kepada para dewa, agar diberikan putra kembar, Para dewa mengabulkan permohonan Sukmaraga. Ia diperintahkan melakukan tapa di suatu pulau, tak jauh dari kota Banjarmasin sekarang.

Beberapa lama ia bertapa hingga datanglah wangsit. Agar mereka cepat diberi keturunan, si istri harus memakan burung Katsuba. Maka titah tersebut dijalankannya. Singkat cerita, sang permaisuri mengandung dan lahirlah sepasang bayi kembar yang sehat dan rupawan.

Kabar tersebut memacu semangat Patmaraga untuk memiliki anak. Pada suatu malam ia bermimpi. Rupanya para dewa mengabulkan permintaan Raja Tua dengan cara berbeda. Ketika sedang melewati sungai, dilihatnya seorang bayi perempuan terapung-apung di sungai di atas gumpalan buih. Bayi tersebut kemudian mendapat julukan Putri Junjung Buih Sungguh mengejutkan, ketika didekati, ternyata bayi tersebut mampu berbicara. Ia meminta selembar kain dan sehelai selimut yang harus rampung ditenun dalam waktu setengah hari. Permintaan bayi itu kemudian disayembarakan oleh Raja Tua. Sang raja mengumumkan, "Barang siapa yang mampu memenuhi syarat si bayi berupa kain dan selimut yang harus ditenun dalam setengah hari, aku akan mengangkatnya menjadi pengasuh putri ini."

Seorang perempuan bernama Ratu Kuripan memenangkan sayembara itu. Rupanya ia tidak hanya cakap dalam menenun, tetapi juga memiliki kekuatan gaib. Buktinya dalam waktu singkat, permintaan sang bayi berhasil dipenuhinya. Sungguh indah kain dan selimut yang telah ditenunnya. Raja Tua memenuhi janjinya. Ratu Kuripan diangkat menjadi pengasuh Putri Junjung Buih. Dengan kedudukannya itu, ia mengurus semua kepentingan sang putri hingga dewasa.



Legenda


Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Legenda juga adalah cerita tentang peristiwa terjadinya suatu fenomena alam tertentu, atau sebuah cerita yang memuat mengenai asal-usul terjadinya suatu tempat.

Contoh legenda:

Legenda Nyi Roro Kidul


Alkisah pada zaman dahulu, ada seorang putri yang sangat cantik jelita laksana bidadari dari khayangan yang bernama Dewi Kadita. Dia merupakan putri kesayangan dari Raja Padjajaran, Munding Wangi. Selain memiliki paras yang sangat cantik, Dewi Kadita juga sangatlah baik. Dia sangat baik dan ramah kepada semua orang. Kecantikan paras dan keelokan tubuhnya pun telah tersebar ke seluruh penjuru negeri.

Meskipun sang raja memiliki putri yang sangat cantik, dia tidak merasa senang. Raja sedih karena sampai saat ini belum dikaruniai oleh anak laki-laki sebagai putra mahkota sebagai penerus tahtanya. Akhirnya sang raja memutuskan untuk menikahi lagi dengan Dewi Mutiara agar mendapatkan anak laki-laki yang gagah perkasa sebagai penerus tahta.

Pada awalnya, Dewi Mutiara sangat baik kepada Dewi Kadita untuk mendapatkan cinta ayahnya. Namun setelah menikah, Dewi Mutiara menunjukan sifat aslinya. Terlebih lagi ketika Dewi Mutiara dikaruniai oleh seorang anak laki-laki. Dewi Mutiara pun semakin jahat kepada Dewi Kadita. Dia takut kalau Dewi Kadita akan menjadi penghalang bagi anaknya untuk menjadi penerus tahta. Hari demi hari Dewi Mutiara semakin khawatir, bahkan dia mulai berani meminta langsung kepada raja untuk mengasingkan Dewi Kadita dari istana. “Tuanku, aku ingin kau mengasingkan Dewi Kadita dari istana ini,” pinta istrinya. Mendengar permintaan itu, Raja Munding Wangi menjadi marah. Dia menolak dan memarahi istrinya tersebut.

Dewi Mutiara pun semakin dendam kepada anak tirinya tersebut. Dia terus memutar otak untuk mengusir Dewi Kadita. Hingga pada akhirnya, dia memutuskan untuk pergi menemui seorang dukun untuk mencelakai Dewi Kadita. “Aku ingin kau mencelakai Dewi Kadita hingga dia terusir dari istana ini,” perintah Dewi Mutiara. Sang dukun pun menyanggupi permintaan dirinya. Kemudian dukun itu menyanggupinya karena dirinya dijanjikan  untuk diberikan hadiah jika berhasil.

Setelah beberapa hari, dukun itu mulai menjalankan aksinya. Dia mulai mengguna-guna Dewi Kadita dengan mengirimkan sebuah angin yang telah diberi mantra olehnya. Ketika Dewi Kadita sedang tertidur, angin itu masuk dan mengenai tubuhnya. Keesokan paginya saat dia terbangun, betapa terkejutnya dia melihat dirinya di cermin. Semua tubuhnya dipenuhi oleh koreng dan bisul yang berbau busuk. Sudah berapa banyak tabib istana yang datang untuk mengobatinya, namun tetap juga gagal. Mereka mengatakan bahwa penyakit itu bukanlah penyakit biasa melainkan sebuah guna-guna.

Hari demi hari penyakit Dewi Kadita semakin parah dan mulai mengeluarkan bau busuk. Dia pun sudah mulai putus asa dengan keadaan dirinya. Setelah melihat kesempatan ini, Dewi Mutiara merasa senang. Dia mulai menghasut raja untuk mengasingkan anak kesayangannya itu dari istana. Dia mengatakan bahwa penyakit tersebut akan mengakibatkan pengaruh buruk terhadap anak laki-laki mereka dan kerajaan.

Pada awalnya sang raja tetap menolaknya, namun setelah didesak oleh istrinya tersebut sang raja pun luluh juga. Dewi Kadita yang mengetahui tersebut merasa sangat sedih dan dia pun pergi meninggalkan istana dengan sendirinya. Dia pergi dari kerajaan itu dan terus berjalan sangat jauh. Mengetahui anak tirinya telah pergi dari istana, Dewi Mutiara senang bukan kepalang. Dia pun merasa lega karena rencananya akan berjalan dengan mulus. Namun, sang raja tetap merasa sedih karena kehilangan putri kesayangannya itu.

Siang malam Dewi Kadita berjalan di seluruh negeri. Kecantikan paras dan keelokan tubuhnya telah mengilang. Tak jarang dia selalu mendapatkan penolakan dan hinaan selama perjalanannya. Semakin jauh dia berjalan, hingga akhirnya dia sampai di sebuh tebing yang berbatasan langsung dengan lautan. Dewi Kadita pun termenung memandangi lautan yang luas itu. Setelah beberapa saat, Dewi Kadita mendengar bisikan suara yang menyuruhnya untuk terjun ke laut. Karena merasa putus asa, Dewi Kadita pun melompat ke arah lautan.

Setelah melompat, keajaiban pun terjadi tubuhnya yang penuh koreng dan bisul kembali menjadi bersih dan cantik. Hingga akhirnya Dewi Kadita berubah wujud menjadi penguasa lautan itu.


Mitos

Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang di tokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia  lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar  terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Jadi, Mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Pada dasarnya, mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya.

Contoh mitos :

MITOS ANGKA 13


Sebagai contoh kecil, di berbagai gedung tinggi di China, tidak ada yang namanya lantai 13 dan 14. Menurut kepercayaan mereka, kedua angka tersebut tidak membawa hoki. Di Barat, angka 13 juga di anggap sial. Demikian pula di berbagai belahan dunia lainnya. Kalau kita perhatikan nomor-nomor di dalam lift pada gedung-gedung tinggi yang ada di dunia, anda tidak akan menjumpai lantai 13. Biasanya setelah angka 12 maka langsung “loncat” ke angka 14. Atau dari angka 12 lalu 12a selanjutnya 14. Fenomena ini terdapat di banyak negara dunia, termasuk Indonesia.

Mengapa angka 13 dianggap angka yang membawa kekurang-beruntungan? Sebenarnya, kepercayaan tahayul dan aneka mitos yang berasal dari pengetahuan kuno bernama kabbalah. Kabbalah merupakan sebuah ajaran mistis kuno, yang telah dirapikan oleh Dewan Penyihir tertinggi rezim Fir’aun yang kemudian diteruskan oleh para penyihir, pesulap, peramal, paranormal, dan sebagainya terlebih oleh kaum Zionis-Yahudi yang kemudian mengangkatnya menjadi satu gerakan politis dan sekarang ini, ajaran kabbalah telah menjadi trend baru dikalangan selebritis dunia.
Bangsa Amerika rupa-rupanya juga menganggap angka 13 sebagai angka yang harus dihindari. Bangunan-bangunan tinggi di Amerika jarang yang menggunakan angka 13 sebagai angka pada tingkatan lantainya. Bahkan dalam kandang-kandang pacuan demikian pula adanya, dari kandang bernomor 12 lalu 12a dan langsung ke nomor 14. Tidak ada angka 13. Itulah sebabnya angka 13 dianggap sebagai angka sial karena menjadi bagian utama dari ritual setan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perubahan Bumi Akibat Pemanasan Global